Saturday, May 11, 2013

Struktur Produksi, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan

Posted by Nova Pungki Nisako at 11:30 PM 1 comments
I. STRUKTUR PRODUKSI
     Struktur produksi adalah logika proses produksi, yang menyatakan hubungan antara beberapa   pekerjaan pembuatan komponen sampai menjadi produk akhir, yang biasanya ditunjukkan dengan menggunakan skema. Struktur produksi nasional dapat dilihat menurut lapangan usaha dan hasil produksi kegiatan ekonomi nasional. Berdasarkan lapangan usaha struktur produksi nasional terdiri dari sebelas lapangan usaha dan berdasarkan hasil produksi nasional terdiri dari 3 sektor, yakni sektor primer, sekunder, dan tersier.



II. DISTRIBUSI PENDAPATAN

     Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Terdapat berbagai kriteria untuk menilai kemerataan (parah atau tidaknya tingkat ketimpangan) distribusi pendapatan, antara lain :


a) Distribusi Pendapatan Perorangan

    Distribusi ini menyangkut total pendapatan yang diterima perorangan atau rumah tangga dengan mengetahui cara apa yang dilakukan perorangan atau rumah tangga tsb untuk mendapatkan pendapatan, dan berapa besar penghasilan yang diterima. Metode yang digunakan adalah membagi penduduk kedalam lima atau sepuluh kelompok sesuai tingkat pendapatan mereka kemudia menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok dan pendapatan nasional.
b) Kurva Lorenz

    Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan penduduk secara kumulatif. Kurva Lorenz terletak didalam sebuah bujur sangkar dan sisi tegaknya melambangkan presentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili presentase kumulatif penduduk dimana kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tsb. Bila kurva semakin mendekati garis diagonal artinya distribusi pendapatan semakin merata dan apabila kurva Lorenz semakin menjauhi garis diagonal maka distribusi pendapatan semakin tidak merata.
c) Koefisien Gini
    Koefisien Gini adalah perbandingan luas daerah antara kurva lorenz dan garis lurus 45 derajat terhadap luas daerah di bawah garis 45 derajat tersebut. Koefisien Gini dikembangkan oleh statistisi dan ahli sosiologi Italia bernama Corrado Gini dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam makalah yang berjudul "Variability and Mutability"
    Koefisien Gini dinyatakan dalam bentuk rasio yang nilainya antara 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan pemerataan sempurna sedangkan nilai 1 menunjukkan ketimpangan paling tinggi yaitu satu orang menguasai semuanya sedangkan yang lainnya nihil.
    Cara menhitung koefisien Gini adalah sebagai berikut :
    Tabel berikut memperlihatkan patokan yang mengatagorikan ketimpangan distribusi berdasarkan nilai koefisien Gini.








d) Distribusi Pendapatan Relatif dari Bank Dunia

Bank Dunia mengelompokkan mesyarakat suatu negara berdasarkan tingkat pendapatan :
40% kelompok masyarakat berpendapatan rendah
40% kelompok masyarakat berpendapatan menengah
20% kelompok masyarakat berpendapatan tinggi
1. Apabila 40% kelompok masyarakat berpendapatan rendah menerima kurang dari 12% pendapatan nasional berarti distribusi pendapatan sangat timpang.
2. Apabila 40% kelompok masyarakat berpendapatan rendah menerima antara 12% - 17% pendapatan nasional, berarti distribusi pendapatan agak timpang.
3. Apabila 40% kelompok masyarakat berpendapatan rendah menerima lebih 17% pendapatan nasional berarti distribusi pendapatan cukup merata.


    Upaya pemerataan distribusi pendapatan terlihat sejak strategi pembangunan secara eksplisit diubah dengan menempatkan pemerataan sebagai aspek utama dalam Trilogi Pembangunan dan sejak saat itu dikenal kebijaksanaan "Delapan Jalur Pemerataan" :

a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
c. Pemerataan pembagian pendapatan
d. Pemerataan kesempatan kerja
e. Pemerataan kesempatan berusaha
f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusunya bagi generasi muda dan kaum wanita
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan


III. KEMISKINAN

A. Pengertian
- Secara umum, kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dsar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan.
- Menurut Sallatang (1986) kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan kekayaan materi, tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologi, psikologi dan sosial.

- Menurut Esmara (1986) mengartikan kemiskinan ekonomi sebagai keterbatasan sumber-sumber ekonomi untuk mempertahankan kehidupan yang layak. Fenomena kemiskinan umumnya dikaitkan dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
- Menurut Basri (1995) bahwa kemiskinan pada dasarnya mengacu pada keadaan serba kekurangan dalam pemenuhan sejumlah kebutuhan, seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dan lain sebagainya.
- Menurut Badan Pusat Statistik (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai pola konsumsi yang setara dengan beras 320 kg/kapita/tahun di pedesaan dan 480 kg/kapita/tahun di daerah perkotaan.
- Poli (1993) menggambarkan kemiskinan sebagai keadaan ketidakterjaminan pendapatan, kurangnya kualitas kebutuhan dasar, rendahnya kualitas perumahan dan aset-aset produktif, ketidakmampuan memelihara kesehatan yang baik, ketergantungan dan ketiadaan bantuan, adanya perilaku antisosial (anti-social behavior), kurangnya dukungan jaringan untuk mendapatkan kehidupan yang baik, kurangnya infrastruktur dan keterpencilan, serta ketidakmampuan dan keterpisahan.
- Bappenas dalam dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan juga mendefinisikan masalah kemiskinan bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga masalah kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menjadi miskin
- SPECKER (1993) mengatakan bahwa kemiskinan mencakup beberapa hal yaitu :
1. kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal
2. gangguan dan tingginya risiko kesehatan,
3. risiko keamanan dan kerawanan kehidupan sosial ekonomi dan lingkungannya,
4. kekurangan pendapatan yang mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan
5. kekurangan dalam kehidupan sosial yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan sosial.

B. CIRI-CIRI KEMISKINAN
1. Menurut Bank Dunia, kemiskinan terbagi atas tiga dimensi :
- Kemiskinan bersifat multidimensional artinya kemiskinan memiliki multiaspek seperti aspek ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan dan kesehatan.
- Aspek-aspek kemiskinan tersebut saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa perubahan pada suatu aspek akan berpengaruh pada aspek lainnya.
- Yang dimaksud miskin adalah individu atau kolektif dan bukan daerahnya.
2. Menurut Todaro, ciri-ciri penduduk miskin adalah mereka yang tinggal dipedesaan, bermata pencaharian di sektor pertanian dan subsektornya
3. Menurut M.G Quibria (berdasarkan hasil penelitiannya di Asia Selatan dan Asia Tenggara) ciri-ciri kemiskinan antara lain :
a) Kemiskinan lebih banyak ditemui dipedesaan daripada di perkotaan
b) Kemiskinan berkorelasi terhadap jumlah anggota keluarga dan berkorelasi negatif terhadap jumlah pekerja dalam suatu keluarga
c) Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kepemilikan asset keluarga
d) Pertanian merupakan sumber utama penghasilan keluarga miskin
e) Kemiskinan berkaitan dengan masalah sosial budaya yang dinamis.
4. Menurut Emil Salim, ciri-ciri penduduk yang hiduo dibawah garis kemiskinan :
a) Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah, modal ataupun keterampilan, kecuali tenaga kerja. Sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan jadi terbatas.
b) Mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memiliki aset-aset produktif dengan kekuatan atau usahanya sendiri.
c) Tingkat pendidikan mereka rendah, karena sebagian besar waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan membantu mencari nafkah.
d) Kebanyakan mereka tinggal dipedesaan.
e) Sementara mereka yang tinggal diperkotaan umumnya berusia relatif muda serta tidak didukung dengan keterampilan yang memadai. 
5. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak dapat mengakses ke sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Indikator kemiskinan struktural antara lain : pendapatan per kapita, keadaan gizi, kecukupan pangan, tingkat kesehatan keluarga dll.
6. Kemiskinan Absolut
Keadaan masyarakat atau individu dengan ukuran kebutuhan minimum dalam memenuhi hidup dan terletak dibawah garis kemiskinan menggunakan kriteria tertentu
7. Kemiskinan Relatif
Berkaitan dengan tingkat distribusi pendapatan atau ukuran tertentu. Kemiskinan relatif berkaitan dengan distribusi pendapatan yang mengukur ketidakmerataan.


Sumber :


 

Kumpulan Makalah Kuliah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea