Friday, October 31, 2014

Berpikir Induktif

Posted by Nova Pungki Nisako at 5:14 AM 0 comments
BAHASA INDONESIA 2 ( SOFTSKILL )
“Berpikir Induktif”

download.jpg

Disusun Oleh :
Nova Pungki Nisako
25212381
3EB19

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2014

A.    PENDAHULUAN

Penalaran adalah proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan penalaran deduktif. Perbedaan dasar diantara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progesi secara logis dari bukti – bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus sementara dengan induktif, dinamika logisnya justru sebaliknya dari bukti – bukti khusus kepada kebenaran atau kesimpulan yang umum.
Terdapat dua jenis metode dalam menalar yaitu berpikir induktif dan deduktif, namun artikel ini hanya akan membahas mengenai metode berpikir induktif.

B.     PENGERTIAN BERPIKIR INDUKTIF

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh penalaran induktif adalah Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
C.    CARA BERPIKIR INDUKTIF DAN JENIS – JENISNYA

Penalaran Induktif :
-                     Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
-                     Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

Induksi kuat dan induksi lemah :
Induksi Kuat. Contoh : Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi Lemah. Contoh : Aku selalu menggantung gambar dengan paku. Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Contoh argumen induktif:
  •           Premis 1          : Kuda Sumba punya sebuah jantung
  •           Premis 2          : Kuda Australia punya sebuah jantung
  •           Premis 3          : Kuda Amerika punya sebuah jantung
  •           Premis 4          : Kuda Inggris punya sebuah jantung
  •           Konklusi          : Setiap kuda punya sebuah jantung



1.      Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif 
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
       - Sensus Penduduk.
       - Jika dipanaskan, besi memuai.
         Jika dipanaskan, baja memuai.
         Jika dipanaskan, tembaga memuai.
         Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b.      Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2.      Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi adalah meramalkan kesamaan, mengelompokkan klasifikasi, dan menyingkapkan kekeliruan. Contoh : Ronaldo adalah pesepak bola. Ronaldo berbakat bermain bola. Ronaldo adalah pemain real madrid.
3.      Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a.       Sebab ke akibat
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek. Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b.      Akibat ke sebab
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya. Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c.       Akibat ke akibat
Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.


D.    HIPOTESE DAN TEORI

Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.


E.     INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI

Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
  • .     Konsistensi


Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.
  •       Koheresi


Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.

Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/bahasa-indonesia-2-penalaran-deduktif-dan-induktif/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-7/
https://aadanwde.wordpress.com/2012/04/21/berfikir-induktif-dan-deduktif-gorys-keraf/



Menganalisis Kinerja Keuangan Perusahaan Setelah Merger

Posted by Nova Pungki Nisako at 4:39 AM 2 comments
“Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan PT Gudang Garam, Tbk”
*kalau gambar tidak muncul bisa dicek di makalah asli di halaman referensi, semoga membantu ^^"

LATAR BELAKANG

Merger dan akuisisi perusahaan di Indonesia umumnya cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan Merger dan Akuisi selama lima tahun terkahir ini, tahun 2000 sampai dengan 2008, mengalami peningkatan sebesar 45%. Dengan dilakukannya merger dan akuisisi, diharapakan perusahaan dapat melanjutkan usahanya dengan bantuan serta kerjasama dengan perusahaan lain dan selanjutnya untuk saling bersinergi mencapai tujuan tertentu.  Namun disisi lain, merger dan akuisisi justru akan memberikan kerugian bagi perusahaan, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan yang dinilai dari rasio keuangannya.
Berikut merupakan data beberapa variabel rasio keuangan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi dari 13 perusahaan di Indonesia pada periode 2005-2008.
Untitled.jpg
Tabel diatas menunjukkan perubahan rasio yang fluktuaktif dimana :
-          Rasio CR pada awal sebelum merger dan akuisisi menurun namun selanjutnya menunjukkan peningkatan yang baik. Rasio CR adalah rasio kemampuan perusahaan yang lebih baik setelah melakukan merger dan akuisisi terhadap kewajiban yang harus segera dibayar oleh perusahaan.
-          Rasio DER pada awal sebelum merger dan akuisisi menurun namun selanjutnya menunjukkan peningkatan yang baik. DER merupakan perbandingan antara liabilities dengan total pendanaan dengan modal sendiri (semakin tinggi rasio DER maka semakin banyak uang kreditur yang digunakan sebagai modal kerja yang diharapkan meningkat untuk meningkatkan laba serta mencerminkan risiko perusahaan yang tinggi).
-          Rasio TATO menunjukkan efektifitas kinerja perusahaan dalam penggunaan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan revenue yang meskipun berfluktuaktif tetapi masih stabil sehingga perusahaan setelah merger dan akuisisi dapat melakukan ekspansi dan perbumbuhan aset pada tahun kedua setelah merger dan akuisisi tidak tercapai.
-          Rasio ROA merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba yang diharapkan akan meningkat. Pada tabel diatas rasio ROA setelah melakukan merger dan akuisisi justru mengalami penurunan, yang menggambarkan kinerja perusahaan menurun setelah dilakukannya merger.
-          Setelah melakukan merger dan akuisisi, rasio ROE mengalami penurunan yang menunjukkan setelah dilakukan merger dan akuisisi perusahaan belum bisa memanfaatkan modal sendiri yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan maksimal.


PENDAHULUAN
A.    PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah ada pengaruh keputusan merger dan akuisisi terhadap kinerja perusahaan yang diukur berdasarkan rasio likuiditas, rasio utang, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.”
B.     TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakaan adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang diukur berdasarkan rasio likuiditas, rasio utang, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
C.    LANDASAN TEORI
Merger adalah penggabungan dua perusahaan atau lebih menjadi satu, dimana perusahaan yang melakukan merger mengambil atau membeli semua aset dan liabilities perusahaan yang di merger, sehingga perusahaan yang melakukan merger memiliki sedikitnya 50% saham dan perusahaan yang dimerger  berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru.
Akuisisi adalah penggabungan usaha dimana perusahaan pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi.
Alasan – alasan dilakukannya merger dan akuisisi :
1.      Perusahaan dapat bertumbuh dengan cepat dengan melakukan ekspansi secara merger dan akuisisi.
2.      Secara tidak langsung perusahaan mengurangi jumlah pesaing.
3.      Perusahaan menjadi bersinergi karena biaya overhead dapat meningkatkan pendapatan yang lebih besar setelah melakukan merger atau akuisisi.
4.      Dengan melakukan merger atau akuisisi, perusahaan dapat meningkatkan dananya.
5.      Meger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar sehingga likuiditas pemilik akan meningkat.


PEMBAHASAN

PT Gudang Garam, Tbk resmi berdiri pada 27 Agustus 1990 sebagai perusahaan publik produsen rokok kretek terbesar di Indonesia. PT Gudang Garam, Tbk melakukan merger dengan PT Surya Pamenang pada 7 Maret 2002.
PT Surya Pamenang memproduksi kertas karton untuk memasok kebutuhan bahan kemasan.
Maka dapat disimpulkan bahwa PT Gudang Garam, Tbk dengan PT Surya Pamenang melakukan merger vertikal, atau merger yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna.
Untuk mengetahui dampak merger terhadap PT Gudang Garam, Tbk maka perlu diadakan tinjauan terhadap laporan keuangan dengan menggunakan berbagai perhitungan analisis rasio. Informasi mengenai tabel dibawah bersumber pada Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), dan Bursa Efek Jakarta.
A.    Rasio Likuiditas
a.       Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Jangka Pendek
3.jpg
-          Pada tahun 2000 Current Ratio sebesar 2,00, yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 2,00 maka Current Ratio tersebut dikatakan baik.
-          Tahun 2001 Current Ratio naik menjadi 2,20 yang disebabkan oleh adanya kenaikan jumlah aktiva lancar dan utang lancar.
-          Pada tahun 2003 Current Ratio sebesar 1,97.
-          Dan pada tahun 2004 rasio tsb turun menjadi 1,68. Penurunan ini disebabkan karena adanya peningkatan jumlah aktiva lancar disertai dengan kenaikan utang lancar yang lebih besar.
b.      Rasio Cepat
Rasio Lancar = (Aktiva Lancar – Persediaan)/Kewajiban Jangka Pendek
4.jpg
-          Pada tahun 2000 Quick Ratio sebesar 0,42,berarti bahwa setiap Rp 1,00 utang lancar dijamin oleh aktiva lancar yang lebih likuid sebesar Rp 0,42.
-          Tahun 2000 rasio turun menjadi 0,40. Penurunan rasio ini dikarenakan adanya kenaikan aktiva lancar diikuti dengan kenaikan persediaan dan kenaikan utang lancar.
-          Pada tahun 2003 quick ratio sebesar 0,40.
-          Tahun 2004 rasio turun menjadi 0,33. Penurunan ini dikarenakan adanya kenaikan aktiva lancar sebesar yang diikuti dengan kenaikan persediaan disertai dengan kenaikan jumlah utang lancar dalam jumlah yang lebih besar.
-          Jadi, Rasio Cepat PT Gudang Garam, Tbk. dikatakan buruk karena di bawah angka 1 dan menunjukkan bahwa PT Gudang Garam, Tbk. kurang dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang lebih likuid apabila sewaktu-waktu ditagih.

B.     Rasio Utang
a.       Rasio Utang Terhadap Likuiditas
Rasio Utang = Total Utang/Ekuitas Pemegang Saham
5.jpg
-          Pada tahun 2000 Rasio Utang terhadap Ekuitas sebesar 0,77. Hal ini berarti Rp 0,77 dari setiap Rp 1,00 ekuitas pemegang saham menjadi jaminan utang.
-          Tahun 2001 rasio ini turun menjadi 0,64. Penurunan ini karena adanya kenaikan total utang,disertai dengan kenaikan ekuitas pemegang saham.
-          Pada tahun 2003 Rasio Utang terhadap Ekuitas sebesar 0,58.
-          Dan pada tahun 2004 rasio utang terhadap ekuitas naik yaitu menjadi 0,69. Kenaikan ini disebabkan oleh adanya kenaikan total utang disertai dengan kenaikan ekuitas pemegang saham dengan jumlah yang lebih kecil.
b.      Rasio utang Terhadap Total Aktiva
Debt to Total Asset Ratio = Total Utang/Total Aktiva
6.jpg6.jpg
-          Pada tahun 2000 Rasio Utang terhadap Total Aktiva sebesar 0,44, yang artinya Rp 0,44 dari setiap Rp 1,00 total aktiva digunakan untuk menjamin total utang.
-          Pada tahun 2001 rasio turun menjadi 0,39. Penurunan disebabkan olehckenaikan total utang yang disertai dengan kenaikan total aktiva dalam jumlah yang lebih besar.
-          Pada tahun 2003 Rasio Utang terhadap Total Aktiva sebesar 0,37 yg artinya Rp 0,37 dari setiap Rp 1,00 total aktiva digunakan untuk menjamin total utang.
-          Tahun 2004 rasio naik menjadi 0,41. Kenaikan ini dikarenakan adanya kenaikan total utang disertai kenaikan total aktiva dengan jumlah yang lebih kecil.
C.    Rasio Aktivitas
a.       Rasio Perputaran Aktiva
Total Assets Turnover = Penjualan Bersih/Total Aktiva
7.jpg
-          Pada tahun 2000 TAT menunjukkan angka 1,38x, artinya setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp 1,38 penjualan bersih.
-          Tahun 2001 rasio menjadi 1,34x. Penurunan ini dikarenakan adanya kenaikan total aktiva yang diikuti dengan kenaikan penjualan bersih dengan jumlah yang lebih kecil.
-          Pada tahun 2003 perputaran aktiva PT Gudang Garam, Tbk. sebesar 1,33x.
-          Dan tahun 2004 rasio ini turun menjadi 1,18x. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan total aktiva yang diikuti dengan kenaikan penjualan bersih dengan jumlah yang lebih kecil.
b.      Rasio Perputaran Persediaan
Inventory Turnover Ratio = Harga Pokok Penjualan/Persediaan
Harga Pokok Penjualan = Persediaan Awal + Pembelian Bersih – Persediaan Akhir
8.jpg 






-          Rasio Perputaran Persediaan pada tahun 2001 menunjukkan angka 1,51x dengan nilai persediaan Rp 7.197.500 dan rata-rata penyimpanan persediaan di gudang 238 hari.
-          Tahun 2001 perputaran persediaan turun menjadi 1,49x dengan nilai persediaan Rp 9.103.779 dan rata - rata penyimpanan persediaan di gudang 242 hari. Penurunan perputaran persediaan ini dikarenakan adanya kenaikan harga pokok penjualan dengan presentase yang lebih kecil dari presentase kenaikan persediaan.
-          Pada tahun 2003 Rasio Perputaran Persediaan perusahaan 1,95x dengan nilai persediaan Rp 9.528.579 dan rata-rata penyimpanan persediaan di gudang 185 hari.
-          Tahun 2004 rasio turun menjadi 1,79x dan nilai persediaan naik menjadi Rp 10.875.860,00 dengan rata-rata penyimpanan persediaan di gudang 201 hari.
D.    Rasio Profitabilitas
a.       Margin Laba Kotor dalam Kaitannya Dengan Penjualan
Gross Profit Margin = (Penjualan Bersih – HPP)/Penjualan Bersih
9.jpg
-          Pada tahun 2000 Margin Laba Kotor sebesar 0,28. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah penjualan bersih menghasilkan laba kotor (penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan) sebesar Rp 0,28.
-          Pada tahun 2001 Gross Profit Margin perusahaan mengalami penurunan menjadi 0.25. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba kotor yang jumlahnya lebih kecil dibanding dengan jumlah kenaikan penjualan bersih.
-          Pada tahun 2003 Margin Laba Kotor perusahaan 0,20, yang berarti bahwa setiap rupiah penjualan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 0,20.
-          Pada tahun 2004 Margin Laba Kotor perusahaan tetap pada angka 0,20. Angka tetap ini sebagai akibat dari naiknya penjualan bersih dan kenaikan laba kotor.

b.      Rasio Margin Laba Operasi
Operating Profit Margin = Laba Operasi/Penjualan Bersih
10.jpg
-          Pada tahun 2000 Margin Laba Operasi menunjukkan angka 0,22 atau setiap Rp 1,00 penjualan bersih menghasilkan Rp 0,22 laba operasi.
-          Tahun 2001 rasio ini mengalami penurunan menjadi 0,19. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan penjualan bersih diikuti kenaikan laba operasi dengan jumlah yang lebih kecil.
-          Pada tahun 2003 Margin Laba Operasi perusahaan sebesar 0,13, artinya setiap Rp 1,00 penjualan bersih menghasilkan Rp 0,13 laba operasi.
-          Tahun 2004 Rasio Laba Operasi turun menjadi 0,12. Penurunan ini sebagai akibat adanya kenaikan penjualan bersih yang justru diikuti dengan penurunan laba operasi.
c.       Rasio Margin Laba Bersih
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak/Penjualan Bersih
11.jpg
-          Pada tahun 2000 Margin Laba Bersih sebesar 0,15, artinya setiap rupiah penjualan bersih menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,15.
-          Tahun 2001 Margin Laba Bersih perusahaan turun menjadi 0,12. Penurunan ini dikarenakan adanya kenaikan penjualan bersih yang justru diikuti dengan penurunan laba bersih setelah pajak.
-          Pada tahun 2003 Margin Laba Bersih perusahaan sebesar 0,08, berarti bahwa setiap rupiah penjualan bersih menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 0,08.
-          Pada tahun 2004 Margin Laba Bersih perusahaan turun menjadi 0,07. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan jumlah penjualan bersih yang justru diikuti dengan penurunan laba bersih setelah pajak.
d.      Tingkat Pengembalian Atas Investasi (ROI)
Return On Investment = Laba Bersih Setelah Pajak/Total Aktiva
13.jpg
-          Pada tahun 2000 Return on Investment menunjukkan angka 20,69% yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam aktiva mampu memperoleh keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp 0,21.
-          Pada tahun 2001 rasio ini turun menjadi 15,52%. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan total aktiva yang diikuti dengan penurunan laba bersih setelah pajak.
-          Pada tahun 2003 Return on Investment perusahaan berada pada angka 10,60%, artinya setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam aktiva mampu menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,11.
-          Pada tahun 2004 rasio ini turun menjadi 8,69%. Penurunan ini disebabkan karena kenaikan total aktiva yang diikuti dengan penurunan laba bersih setelah pajak.
e.       Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas (ROE)
Return On Equity = Laba Bersih Setelah Pajak/Ekuitas Pemegang Saham


14.jpg,14.jpg 






-          Pada tahun 2000 Return on Equity menunjukkan angka 36,71% yang berarti bahwa perusahaan mampu manghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 0,37 bagi setiap Rp 1,00 ekuitas pemegang saham.
-          Pada tahun rasio ROE turun menjadi 25,46%. Penurunan ini sebagai akibat adanya kenaikan ekuitas pemegang saham yang disertai dengan penurunan laba bersih setelah pajak.
-          Pada tahun 2003 ROE sebesar 16,76%, yang berarti bahwa setiap rupiah ekuitas pemegang saham menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 0,17.
-          Return on Equity perusahaan mengalami penurunan 12,35% pada tahun 2004 menjadi 14,69%. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan jumlah ekuitas pemegang saham yang diikuti dengan penurunan laba bersih setelah pajak.


KESIMPULAN

Dari laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa :
-      Rasio likuiditas PT Gudang Garam sesudah merger lebih rendah dibandingkan dengan rasio lancar sebelum melakukan merger (likuiditas perusahaan baik).
-      Rasio utang PT Gudang Garam, Tbk sesudah merger pada awalnya lebih rendah, namun dua tahun setelah melakukan merger mengalami kenaikan kembali.
-        Rasio aktivitas perputaran aktiva PT Gudang Garam, Tbk setelah merger mengalami penurunan, namun rasio perputaran persediaan mengalami kenaikan setelah melakukan merger (penjualan bersih pada tahun awal setelah merger menurun, namun selanjutnya mengalami kenaikan).
-       Rasio profitabilitas PT Gudang Garam, Tbk setelah merger mengalami penurunan (laba kotor menurun setelah melakukan merger).


REFERENSI













 

Kumpulan Makalah Kuliah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea