Friday, October 31, 2014

Berpikir Induktif

Posted by Nova Pungki Nisako at 5:14 AM
BAHASA INDONESIA 2 ( SOFTSKILL )
“Berpikir Induktif”

download.jpg

Disusun Oleh :
Nova Pungki Nisako
25212381
3EB19

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
2014

A.    PENDAHULUAN

Penalaran adalah proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan penalaran deduktif. Perbedaan dasar diantara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progesi secara logis dari bukti – bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus sementara dengan induktif, dinamika logisnya justru sebaliknya dari bukti – bukti khusus kepada kebenaran atau kesimpulan yang umum.
Terdapat dua jenis metode dalam menalar yaitu berpikir induktif dan deduktif, namun artikel ini hanya akan membahas mengenai metode berpikir induktif.

B.     PENGERTIAN BERPIKIR INDUKTIF

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh penalaran induktif adalah Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
C.    CARA BERPIKIR INDUKTIF DAN JENIS – JENISNYA

Penalaran Induktif :
-                     Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
-                     Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.

Induksi kuat dan induksi lemah :
Induksi Kuat. Contoh : Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi Lemah. Contoh : Aku selalu menggantung gambar dengan paku. Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.
Contoh argumen induktif:
  •           Premis 1          : Kuda Sumba punya sebuah jantung
  •           Premis 2          : Kuda Australia punya sebuah jantung
  •           Premis 3          : Kuda Amerika punya sebuah jantung
  •           Premis 4          : Kuda Inggris punya sebuah jantung
  •           Konklusi          : Setiap kuda punya sebuah jantung



1.      Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif 
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
       - Sensus Penduduk.
       - Jika dipanaskan, besi memuai.
         Jika dipanaskan, baja memuai.
         Jika dipanaskan, tembaga memuai.
         Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b.      Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2.      Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi adalah meramalkan kesamaan, mengelompokkan klasifikasi, dan menyingkapkan kekeliruan. Contoh : Ronaldo adalah pesepak bola. Ronaldo berbakat bermain bola. Ronaldo adalah pemain real madrid.
3.      Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a.       Sebab ke akibat
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek. Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b.      Akibat ke sebab
Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya. Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c.       Akibat ke akibat
Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.


D.    HIPOTESE DAN TEORI

Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.


E.     INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI

Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
  • .     Konsistensi


Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi lainnya.
  •       Koheresi


Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.

Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/bahasa-indonesia-2-penalaran-deduktif-dan-induktif/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-7/
https://aadanwde.wordpress.com/2012/04/21/berfikir-induktif-dan-deduktif-gorys-keraf/



0 comments:

Post a Comment

 

Kumpulan Makalah Kuliah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea