BAHASA INDONESIA
2 ( SOFTSKILL )
“Berpikir
Induktif”

Disusun Oleh :
Nova Pungki Nisako
25212381
3EB19
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN
AKUNTANSI
2014
A.
PENDAHULUAN
Penalaran
adalah proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa
pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari
prosesnya, penalaran itu dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Perbedaan dasar diantara keduanya dapat disimpulkan dari
dinamika deduktif dengan progesi secara logis dari bukti – bukti umum kepada
kebenaran atau kesimpulan yang khusus sementara dengan induktif, dinamika
logisnya justru sebaliknya dari bukti – bukti khusus kepada kebenaran atau
kesimpulan yang umum.
Terdapat
dua jenis metode dalam menalar yaitu berpikir induktif dan deduktif, namun
artikel ini hanya akan membahas mengenai metode berpikir induktif.
B.
PENGERTIAN BERPIKIR INDUKTIF
Penalaran
induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau
sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Prosesnya disebut induksi.
Penalaran
induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat.
Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah
gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari
gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab
akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola
sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.
Contoh penalaran
induktif adalah Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Babi
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun telinga
berkembang biak dengan melahirkan. Kesimpulan : semua hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
C.
CARA BERPIKIR INDUKTIF DAN JENIS – JENISNYA
Penalaran Induktif :
- Jika
premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar.
- Kesimpulan
memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis.
Induksi kuat dan induksi lemah :
Induksi Kuat. Contoh
: Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi Lemah. Contoh : Aku
selalu menggantung gambar dengan paku. Banyak denda mengebut diberikan pada
remaja.
Contoh
argumen induktif:
- Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung
- Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
- Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung
- Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung
- Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah
pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang
diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam
pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data
statistik, dan lain-lain. Dibagi menjadi
dua yaitu :
a.
Generalisasi
Sempurna / Tanpa loncatan induktif
Fakta
yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
-
Sensus Penduduk.
-
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, baja memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi,
jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b.
Generalisasi
Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh
fenomena yang ada.
Contoh : Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa
Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita
simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.
2.
Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan
data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki
karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi adalah meramalkan kesamaan,
mengelompokkan klasifikasi, dan menyingkapkan kekeliruan. Contoh : Ronaldo
adalah pesepak bola. Ronaldo berbakat bermain bola. Ronaldo adalah pemain real
madrid.
3.
Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip
sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a.
Sebab ke akibat
Dari
peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek. Contoh :
Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b.
Akibat ke sebab
Dari
peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya. Contoh :
Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c.
Akibat ke akibat
Dari
satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.
D.
HIPOTESE DAN TEORI
Generalisasi dan
hipotese memiliki sifat yang tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah
tersebut sangat perlu. Hipotese (hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan yang
diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori
sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila
dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang
diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan
fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang
bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena,
sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan
pada fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.
E.
INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk
menetapkan apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,
maka harus diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan
kenyataan atau yang sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang
atau penulis perlu mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang
akan digunakan sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata
lain, perlu diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan
evidensi.
- . Konsistensi
Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan
fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah
argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau
evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan
atau melemahkan evidensi lainnya.
- Koheresi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan
penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua
fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren dengan
pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku. Penulis
harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima
fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula
pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
Sumber :
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/bahasa-indonesia-2-penalaran-deduktif-dan-induktif/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/penalaran-deduktif-dan-induktif-7/
https://aadanwde.wordpress.com/2012/04/21/berfikir-induktif-dan-deduktif-gorys-keraf/
0 comments:
Post a Comment